Makhluk rapuh itu tidak hanya melawan pusaran, tapi juga tuhan.
Dan menutup diri dari tanda-tanda alam, yang datang diantara kedua malam
Usai bertapa, mandi bunga, berbalut dupa, makhluk tersebut pergi ke antartika.
Dengan tangguh ia berbicara kepada para dewa, bulan pasti akan baik-baik saja.
Kita tidak akan pernah mati dua kali.
Dua ribu dua belas. Perjalanan penuh ambisi. Tidak akan ada hujan di atas langit. Matahari pun hangat dan redup. Sementara itu, awan-awan yang bergumul, pasti bisa memberi petunjuk, bahkan sampai ke merkuri.
Tapi makhluk itu tidak tahu,
Bulan adalah sekumpulan bola-bola api.
Dan kaki-kaki bintang dapat membelahnya jadi sembilan.
Meski begitu, ia tetap saja tak peduli
Kita memang tidak akan pernah mati dua kali.
Menjelang pagi, makhluk itu pulang ke bumi.
Ditemani hujan, tubuhnya menghitam menahan geram,
Sang bulan mati dalam genggaman
Bersama mimpi, lagi dan lagi..