Pagi Itu, Seratus Tahun yang Lalu

 

Saatnya memutuskan kembali ke Renaissance.
Dengan belati, aku kuliti ia hidup-hidup dan kutusuk hingga mati.
Pesan singkat kukirim kepada Columbus.
“Dalam perjalanan anda ke Timur, tolong buang dan pastikan ia tenggelam di laut.”
Aku kemudian pergi ke rumah da Vinci.
Memohon dan memintanya bersumpah,
tidak pernah melukis yang sudah mati.

Sebuah mesin waktu.
Satu petak taman dengan kereta warna warni.
“Mari pulang sayang, bukankah kau sudah lelah bermain?”
Kamu menggeleng, aku pun berlalu.

Aku memutuskan membakar rumah di surga.
Menyaksikan sampai rata dengan tanah
Memberikan anak-anak pada tetangga.

15 Juli 2010

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar